Perengkulon terletak di lereng gunung kapur yang ada di Desa Melirang Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik. Disana aku dilahirkan dari keluarga yang kurang mampu namun mempunyai tekad untuk maju dan memerangi kebodohan yang seolah terus melekat pada keluarga ku.
Aku anak kedua dari 4 bersaudara, Mas put, aku, dan adik lala masing-masing terpaut 2 tahun, kemudian adikku yang terakhir adik Nur, saat ini (Juni 2009) semester 8 di sebuah PTS yang ada di Kotaku.
Sejak kecil, aku dan dan saudara-saudaraku dididik untuk bisa menjadi manusia yang berguna, selalu bekerja tanpa banyak bicara. Oleh karenanya pernah suatu waktu saat kakakku mendapat “tawaran” untuk berkhotbah di masjid desaku dan aku di masjid tetangga desa, bapakku menentang dengan keras. “Ojo pisan-pisan ngandani wong, nek awakmu dewe durung iso ngelakoni opo sing koen omongno” (Jangan sekali-kali menasehati orang lain, jika kamu sendiri tidak melakukan apa yang kamu bicarakan).
“Pendidikan berbasis kinerja” inilah yang membuat aku dan seluruh saudara-saudaraku lebih memposisikan diri dibalik layar setiap pertunjukkan. Aku dan kakakku sepertinya punya jalan pemikiran yang sama. Harus tetap bekerja meski hanya dibalik layar.
Dasar-dasar pendidikan itu tetap berlanjut sampai aku, kakakku dan adikku kuliah. aku di Unesa, kakakku di IAIN Sunan Ampel dan adikku lala di UM (Universitas negeri Malang). Tiga bersaudara kuliah bersamaan, membuat kami harus pandai mengatur keuangan. salah satunya adalah bekerja sambil kuliah. Kakakku “kerja” sebagai mentor anak SD, bekerja dari rumah ke rumah para “pelanggannya”. sementara aku bekerja di sebuah rental dan pengetikan skripsi, Sarana komputer, yang ada di Gerbang gang Nirwana. sementara adik, karena perempuan kami berdua tidak tega, kami melarangnya untuk bekerja.
bekerja sebagai juru ketik, tanpa disadari, membuat ilmuku bertambah. meski aku hanya bekerja pada Malam Kamis dan malam Jum’at saja. sedangkan jum’at sore, malam sabtu, aku harus pulang karena aku punya kewajiban mengajar di Madrasah Ibtidaiyah mulai Sabtu – Rabo. Hal inilah yang mengakibat kuliahku molor sampai akhir (14 semester) disamping juga karena otakku yang dedel.
Jika bulan ramadlan tiba, aku mendapat dispensasi dari Madrasah, satu bulan penuh aku bisa kuliah. Soal makan dan minum di bulan ini, biasanya aku hanya menghabiskan uang paling banyak 50 rb. ya, karena aku dan temanku Yunian Pambudi dari Lamongan memanfaat momen bersedekah sebagai lahan untuk mengais rizki. Aku dan dia setiap berbuka dan sahur selalu di Masjid, (Ta’mir masjid menyediakan ta’jil dan berbuka serta sahur gratis) padahal biasanya ke masjid hanya hari Jum’at. hahahahah, halo Yunian ya opo kabarmu?
tempaan-tempaan alam yang membuat aku, kakakku dan adikku lala, lebih tegar menghadapi dunia. hal itu terbalik bagi adikku Nur, karena saat kami bertiga bergelut dengan buku, adikku Nur asik berada di timangan kedua orang tua kami yang perlahan-lahan membaik perekonomianya, karena ditengah kesusahan yang kami derah kedua orang tuaku masih sempat mengadopsi anak yatim piatu.
Aku yakin inilah jawaban Tuhan atas do’a-do’a kami dan pemenuhan janji-janji-Nya. “Barang siapa memberi 1 maka Tuhan akan memberinya 10 x”.
Namun sebagai anak muda, tentunya aku juga punya cerita-cerita tentang cinta. ugh, dari mana aku harus memulai….. (bersambung)
This page has the following sub pages.
halooo salam kenal..
[…] Aku Arek Pereng […]
Assalaamu’alaykum
Theme-nya ganti ya Pakde….
NGGE Nak,